Rumah Kelahiran Buya Hamka di sekitar tepian danau Maninjau, tepatnya di nagari Sungai Batang, kecamatan Tanjung Raya, kabupaten Agam, Sumatera Barat. Rumah Hamka sekarang dijadikan. Rumah ini merupakan rumah milik nenek Hamka, yang pada masa pendudukan Jepang di Indonesia hampir diluluhlantakan. Haji Abdul Malik Karim Amrullah dikenal dengan julukan HAMKA, lahir di desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906. Beliau dibesarkan dalam tradisi Minangkabau. Untuk menuju ke Museum Kelahiran Buya Hamka dibutuhkan waktu + 3 jam dari BIM dengan menggunakan kendaraan umum dengan jarak 101 km.
Hamka adalah seorang ulama, sastrawan, dan juga politisi yang sangat terkenal di Indonesia. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama dan juga aktif dalam perpolitikan Indonesia. Sejak tahun 1920-an, HAMKA menjadi wartawan seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. HAMKA menulis beberapa roman, antara lain Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Sebelum menyelesaikan roman-roman di atas, ia telah membuat roman yang lainnya. Seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, dan Di Dalam Lembah Kehidupan merupakan roman yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura.